Hama dan penyakit tanaman kentang

Setelah dilapangan ternyata menemukan pengganggu tanaman kentang tidak mudah. Entah itu hama atau penyakit. Dari pengamatan di lapangan, di mana kondisi udara kurang menguntungkan dengan turunnya hujan yang tak menentu, banyak ditemukan tanaman kentang yang mati muda, saat umbi mulai tumbuh dan membesar.

Selain itu, juga ditemukan tanaman yang sudah siap dipanen, tahu-tahu daunnya menguning, berubah menjadi kecokelat-cokelatan, kemudian mengering, dan akhirnya tanaman mati. Tanaman tersebut masih bisa berproduksi, namun umbi yang dipanea mengecewakan. Normalnya per tanaman mampu menghasilkan umbi sampai 2,5 kg, tetapi setelah kena gangguan seperti itu, hasilnya cuma 1.5 kg dan bahkan ada yang 1.1 kg.

Kasus ini pada kentang (french fries). Dari informasi di lapangan, di antaranya dari petani yang sudah tahunan membudidayakan kentang, memberi penjelasan sebagai berikut. Hujan yang di luar dugaan membuat petani kurang mempersiapkan diri menghadapinya. Akibatnya, tanaman kentangnya diserang penyakit, yang menurut petani adalah penyakit busuk batang akar. Selain itu, juga disebabkan air tanah yang berlebihan.

Sehingga ketika umbi masih dalam tahap proses pembesaran, daunnya sudah kering mirip tanda daun kentang yang sudah skap dipanen. Ketika tanaman ini dicabut, umbinya rata-rata baru sebesar telur bebek, jumlahnya sedikit, kulit umbinya tipis dan mudah mengelupas. Dapat dimaklumi kalau hasilnya sepertiitu, karena sebenarnya tanaman itu baru berumur 40 hari. Umbi ini masih bisa dijual dan masih laku, tetapi muta dan harganya merosot.

Sudah barang tentu, pengamatan sesaat itu tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk mengetahui pengganggu kentang. Sedangkan untuk melakukan pengamatan yang lebih jauh dan lebih mendalam memerlukan waku cukup lama. Deagan alasan inilah, maka di bawah ini diuraikan mengenai gejala serangan hama dan penyakit, tidak ketinggalan pula dengan pengendaliannya.

<< Lihat Tentang kentang lainnya