Agrotani.com – Begitu kedua pihak setuju dan cupang diangap “ngetrek” maka pertarungan dapat dimulai. Toples atau akuarium pertarungan dapat diisi air sampai pada batas yang sudah ditentukan. Air yang dipakai boleh yang sudah diiapkan sebelumnya ataupun air ledeng (PAM). Air ledeng atau air baru perlu diaduk-aduk dahulu sebelum dipakai agar kadar oksigen terlarutnya cukup untuk dua ekor cupang adu.
Langkah berikutnya ialah “turun air”. Kedua cupang secara bersamaan dan perlahan-lahan diturunkan ke arena pertarungan. Pertarungan dianggap resmi setelah terjadi tiga kali’ual beli pukulan” di antara kedua cupang.
Saat pertarungan dianggap resmi, juri atau wasit akan memberikan tanda atau aba-aba mengenai kedua cupang yang sedang bertarung. Misalnya, juri atau wasit memberi aba-aba atau tanda dengan mengatakan “Hijau lawan biru” yang artinya cupang hijau melawan cupang biru. “Hitam lawan merah” yang artinya cupang berdasi hitam melawan cupang berdasi merah.
Sering terjadi kedua cupang yang bertarung memiliki warna tubuh yang sama. Sebagai tanda oleh juri atau wasit ialah kelainan fisik pada kedua cupang tersebut. Misalnya, ‘Dasi panjang lawan pendek” yang artinya cupang berdasi panjang melawan cupang berdasi pendek. “Bendera polos lawan batik” yang artinya cupang bersirip punggung polos tanpa guratan melawan cupang bersirip punggung dengan guratan.
Di arena pertarungan besar, setelah 15 menit pertarungan berlangung, dimulai lagi acara ‘nanding’ dari awal untuk cupang lain. Dengan demikian, untuk satu periode pertarungan yang lamanya berkisar 1-3 jam, terdapat 5-10 pasang cupang yang dipertarungkan.