Perubahan Teknologi Pertanian Untuk Organik

AGROTANI.COM – Pupuk kima yang sekarang semakin banyak di gunakan oleh petani, mengakibatkan tanaman dan hasil panen semakin menurun, jelas ini di rasakan oleh para petani, serta terbukti dampak lingkungan yang semakin buruk. Dan para petani semakin ketergantungan dengan pupuk kimia. Praktisnya pupuk kimia dan dapat di rasakan oleh para petani terhadap tanaman yang di budidayakan, mungkin itu alasan kuat kenapa petani lebih suka dengan pupuk ini. Bagaimana jika ini terus berlangsung tanpa melihat dampak lingkungan apabila di gunakan secara berlebih.

Perubahan Teknologi Pertanian Untuk Organik

Kesuburan tanah merupakan hal penting dalam berbudidaya tanaman, tak lepas dari petani yang bercocok tanam, berperan penting dalam produk yang di hasilkan. Kesuburan tanah harus di perbaiki dari sekarang, mungkin dengan perpindah ke organik menjadi solusi bagi perbaikan lingkungan yang akan menghasilkan tanaman yang lebih sehat dan terjamin.

Bisa di tentukan bahwa perbaikan setruktur tanah menlalui teknologi yang sebenarnya sudah lama ada. Tinggal mengaplikasikanya saja seperti kompos dan membuat pupuk sendiri, begitupun dengan penendalian hama penyakit secara organik.

Tidak heran jika masyarakat indonesia sekarang memiliki penyakit yang aneh, yang berbeda dari masyarakat terdahulu yang masih menggunakan sistem organik. Inisiatif para petani dengan berpikir maju menggerakan para petani yang lain itu menjadi kewajiban yang seharusnya di lakukan dan sampai sekarang sedang berjalan.

Di indonesia cara tradisional sangat menjunjung tinggi kearifan dan penghargaan terhadap lingkungan. jahteraan). pupuk kandang, dedaunan kering, dan limbah pertanian lainnya. Dengan kebiasaan itu para petani pada jamanya sangat puas akan hasil yang di dapat, karena salain mereka belum mengenal pupuk kimia mereka sangat bersukur tanah indonesia ini sangat subur.

Sebagian petani tidak mengenal dengan istilah revolusi hijau. Pupuk kimia sejak tahun 1954, yang dikenal dengan istilah pupuk DS (dasar). Petani mulai mengenal pupuk kimia dan mulai meninggalkan kebiasaan menggunakan pupuk organik. Revolusi Hijau ini mulai menjadi gelombang besar kurang lebih pada tahun 1960-an, yang ditandai dengan adanya penyebaran varietas-varietas baru (hasil silangan) ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Kemudian, pada tahun 1970-an revolusi hijau ditandai dengan adanya varietas baru seperti PB 5 dan PB 8 (bahasa petani: padi sentral) yang dipromosikan (istilah petani: dipaksakan) secara besar-besaran.

Baca Juga :

Teknologi pertanian organik sebenarnya sudah dari dulu berasal, namun lebih baiknya lagi dengan pertanian yang sekarang berada pada titik puncak di mana teknologi pertanian khususnya pada pupuk yang mempegaruhi lingkungan harus benar-benar di ubah menjadi 100% organik.